Jumat, 17 Maret 2017

Nyaman dan Tak Mau Kehilangan (1)


Nyaman dan tak mau kehilangan.

Kata-kata itu mendeskripsikan apa yg kurasa akhir-akhir ini.

Tak tahu bermula dari mana dan sejak kapan, yg jelas aku merasa nyaman dan tak mau kehilangan sosok pria sepertinya.



Kami berkuliah di tempat yg sama, sering melihat di kampus, berpapasan dan mungkin saat itu kami sudah tahu nama satu sama lain. akan tetapi kami baru mengenal satu sama lain tepatnya sekitar 10 bulan yg lalu, ketika dia menjemputku untuk sebuah acara saat bulan puasa. Kesan pertama berbincang dengannya biasa saja, tidak pernah menduga bahwa akhirnya kami bisa menjadi teman dekat, bahkan sangat dekat.



Saling curhat tentang orang yg disuka, keseharian, kampus, pekerjaan, film, keluarga, teman, bahkan ketika ada masalah pun kami tidak canggung untuk saling mencurahkan dan memberikan solusi. Memang awalnya aku merasa risih karna setiap saat dia selalu chat dan tak jarang menelfon. Aku menduga saat itu, apakah dia tertarik padaku? Apakah dia mencoba untuk mendekatiku? Yg pasti aku menganggap semua itu biasa saja dan menganggapnya seperti teman-teman priaku yg lain. Tak jarang pula kata rindu dan ajakan jalan dia katakan tapi aku selalu menolaknya dengan alasan bermacam-macam (kau harus memaklumi apa yg menjadi alasanku kalau kau tau).



Aku mulai merasakan ‘yg lain’ ketika aku jatuh sakit sekitar 4 bulan yg lalu. Dia selalu ada, stand by untuk mengetahui kondisiku di saat teman-temanku yg lain bahkan keluargaku tidak memperhatikanku dan menyepelekan penyakitku. Tiap saat dia selalu menanyakan bagaimana kondisiku, apakah sudah membaik atau masih merasakan sakit. Sesekali dia pun menelfon untuk menghiburku karna jujur aku sedih dan sangat kecewa teman, sahabat bahkan keluarga pun tidak ada yg memperhatikanku di saat seperti itu.

Entah mengapa dia selalu berhasil membuatku tertawa di saat-saat seperti itu (untuk kesekian kalinya). Yg membuat aku semakin kecewa adalah ketika teman-temanku tidak mengetahui bahwa aku sampai harus rawat inap di RS dan yg memiliki inisiatif untuk menjengukku bukanlah para teman atau sahabat yg telah lama ku kenal tetapi seorang pria yg baru aku kenal selama 5 bulan yg dari awal sakit selalu menemaniku tiap saat. Meskipun pada akhirnya mereka semua datang menjengukku termasuk dia yg rela bekerja setengah hari bahkan kehujanan dalam perjalanan yg jauh hanya untuk menjengukku. I felt special in that moment. Baru kali ini ada seseorang, pria pula yg sampai seperti itu memperlakukanku.


Mungkin sejak saat itu aku mulai menyadari kehadirannya dalam hidupku. Tepat sebelum aku mengenalnya, aku memang berdoa pada Tuhan untuk mempertemukan aku dengan seseorang (pria) yg mengerti aku, memperhatikanku dan bisa menghiburku di saat aku rentan dan merasa rapuh. Tak lama setelah doa kupanjatkan, dia datang. Itu mengapa di saat aku sakit, aku sangat merasakan kehadirannya dan menyadari apakah dia jawaban atas doaku? Apakah dia orang itu? Orang yg selama ini aku nantikan? Tapi,  mengapa harus ada perbedaan keyakinan di antara kami?



Untuk saat ini, hanya sampai di situ aku bisa menceritakannya. Mengingat masih banyak sekali hal yg akan kuceritakan termasuk kelanjutan dari hubungan itu. Mungkin ketika ada waktu luang, aku akan menceritakannya padamu siapapun itu yg membaca curahan hatiku ini tak terkecuali dirinya.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar